Kamis, 11 Februari 2016

Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia

M
asih ingatkah kalian dengan bab proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia? Bab ini pernah sedikit dibahas saat kita duduk di bangku sekolah dasar, bukan? Di kelas X ini kita akan lebih mendalami tentang bagaimana proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Kali ini saya akan sedikit berbagi tentang teori-teori proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Khususnya saya akan berbagi tentang kelebihan dan kelemahan dari masing-masing teori tersebut. Tapi sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang proses awal masuknya dua agama tersebut.
Agama Hindu merupakan agama pertama yang dikenal di Indonesia. Satu abad kemudian barulah agama Buddha masuk ke Indonesia. Sebelum kedua agama tersebut dikenal di Indonesia, masyarakat Indonesia telah mengenal suatu kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dari India masing-masing sekitar abad ke-4 dan ke-5. Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia tidak terlepas dari hubungan dagang yang dijalin antara Indonesia dan India. Hubungan dagang antara Indonesia dan India diawali sejak tahun 1 M. Dari hubungan dagang inilah terjadi hubungan kebudayaan pula dengan India, seperti agama, sistem pemerintahan, sosial dan budaya sehingga terjadi percampuran kebudayaan diantara Indonesia dan India. Hubungan inilah yang membawa Indonesia mengenal agama Hindu-Buddha.
Dalam pelajaran sejarah kita pasti sering mendengar tentang teroi-teori. Begitu pula dalam bab ini.  Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana). Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik). Ditambah dengan teori Sudra yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.

1.    Teori Waiysa


Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom, didasarkan pada alasan bahwa motivasi terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk berdagang. Dikatakan oleh teori ini bahwa agama Hindu-Buddha dibawa ke Indonesia oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan pedagang.
Menurut N.J. Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh pedagang:
·   Para pedagang dari India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia.
·   Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian mendirikan pemukiman dan mereka pun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat sekitar.
             Kelebihan teori dari N.J. Krom ini adalah bahwa: 
·   Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga interaksi dengan daerah lain akan lebih mudah dilakukan melalui kontak perdagangan.
·   Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para pedagang India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera).
             Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·   Motif para pedagang India datang sekedar untuk berdagang bukan untuk menyebarkan agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat dengan para pedagang India hanya seputar perdagangan.
·   Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang. 
·   Meskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam kehidupan keagamaan masyarakat setempat. 
·   Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana.
·   Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.

2.    Teori Ksatria


Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch, menyatakan bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia adalah golongan bangsawan/ksatria dari India. Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi. Hal ini disebabkan karena melibatkan penyerbuan dan penaklukkan. 
Kelebihan teori dari F.D.K Bosch ini adalah bahwa:
·  Raja dan bangsawan serta ksatria dari India yang kalah perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan baru seperti ketika mereka di India.
·  Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk dan mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai menyebarkan agama Hindu-Buddha
·  Ada pula raja dan para bangsawan India yang sengaja datang ke Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan Indonesia. Setelah mereka berhasil maka mereka akan mendirikan kerajaan dan mulai menyebarkan agama Hindu-Buddha.
             Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·  Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan para ksatria tersebut telah berusaha menyerbu Indonesia maka tidak mungkin mereka didukung untuk menjadi raja.
·  Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha.
·  Jika terjadi kolonisasi/penaklukkan pasti akan disertai dengan pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di Indonesia seperti sistem kasta, tata kota, pergaulan, bahasa, dan lain-lain. Tetapi kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India.

3.    Teori Brahmana


Teori ini dikemukakan oleh J.C. Van Leur, mengemukakan bahwa para Brahmana dari India lah yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia.
Kelebihan teori dari J.C. Van Leur ini adalah bahwa:
·  Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu.
·  Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan berbahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi yang hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
·  Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mengesahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan.
·  Ketika menobatkan raja, kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Biasanya kitab tersebut akan ditinggalkan untuk raja dan akan dipelajari oleh raja tersebut.
·  Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian).
             Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·  Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda.
·  Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya.

4.    Teori Arus Balik (Nusantara)



Teori ini dikemukakan oleh G. Coedes, menyatakan bahwa berkembanganya pengaruh dan kebudayaan India ini dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia mempunyai kepentingan untuk datang dan berkunjung ke India, seperti mempelajari agama Hindu-Buddha.
Kelebihan teori dari G. Coedes ini adalah bahwa:
·  Dalam sejarah tercatat bahwa Kerajaan Sriwijaya mengirim beberapa orang untuk belajar agama Hindu di India.
·  Masyarakat Indonesia sendiri ikut serta dalam membawa dan menyebarkan agama dan budaya Hindu-Buddha di nusantara. Salah satu cara yaitu mengundang para Brahmana dari India untuk memperkenalkan agama dan budayanya di Indonesia.
Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·  Kemungkinan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Buddha ke India sulit, karena pada masa itu masyarakat Indonesia masih bersifat pasif.
·  Teori ini masih memerlukan banyak bukti lagi untuk memperkuat kebenarannya.

5.    Teori Sudra


Teori ini dikemukakan oleh Van Feber, mengatakan bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu-Buddha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.
Kelebihan teori dari Van Feber ini adalah bahwa:
·  Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia. 
· Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain.
Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
· Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu-Buddha sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu).
· Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga mereka ke Indonesia bukan untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha
·  Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu-Buddha yang merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah.

Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar