Kamis, 11 Februari 2016

Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia

M
asih ingatkah kalian dengan bab proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia? Bab ini pernah sedikit dibahas saat kita duduk di bangku sekolah dasar, bukan? Di kelas X ini kita akan lebih mendalami tentang bagaimana proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Kali ini saya akan sedikit berbagi tentang teori-teori proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Khususnya saya akan berbagi tentang kelebihan dan kelemahan dari masing-masing teori tersebut. Tapi sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang proses awal masuknya dua agama tersebut.
Agama Hindu merupakan agama pertama yang dikenal di Indonesia. Satu abad kemudian barulah agama Buddha masuk ke Indonesia. Sebelum kedua agama tersebut dikenal di Indonesia, masyarakat Indonesia telah mengenal suatu kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dari India masing-masing sekitar abad ke-4 dan ke-5. Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia tidak terlepas dari hubungan dagang yang dijalin antara Indonesia dan India. Hubungan dagang antara Indonesia dan India diawali sejak tahun 1 M. Dari hubungan dagang inilah terjadi hubungan kebudayaan pula dengan India, seperti agama, sistem pemerintahan, sosial dan budaya sehingga terjadi percampuran kebudayaan diantara Indonesia dan India. Hubungan inilah yang membawa Indonesia mengenal agama Hindu-Buddha.
Dalam pelajaran sejarah kita pasti sering mendengar tentang teroi-teori. Begitu pula dalam bab ini.  Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana). Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik). Ditambah dengan teori Sudra yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.

1.    Teori Waiysa


Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom, didasarkan pada alasan bahwa motivasi terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk berdagang. Dikatakan oleh teori ini bahwa agama Hindu-Buddha dibawa ke Indonesia oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan pedagang.
Menurut N.J. Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh pedagang:
·   Para pedagang dari India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia.
·   Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian mendirikan pemukiman dan mereka pun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat sekitar.
             Kelebihan teori dari N.J. Krom ini adalah bahwa: 
·   Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga interaksi dengan daerah lain akan lebih mudah dilakukan melalui kontak perdagangan.
·   Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para pedagang India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera).
             Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·   Motif para pedagang India datang sekedar untuk berdagang bukan untuk menyebarkan agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat dengan para pedagang India hanya seputar perdagangan.
·   Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang. 
·   Meskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam kehidupan keagamaan masyarakat setempat. 
·   Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana.
·   Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.

2.    Teori Ksatria


Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch, menyatakan bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia adalah golongan bangsawan/ksatria dari India. Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi. Hal ini disebabkan karena melibatkan penyerbuan dan penaklukkan. 
Kelebihan teori dari F.D.K Bosch ini adalah bahwa:
·  Raja dan bangsawan serta ksatria dari India yang kalah perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan baru seperti ketika mereka di India.
·  Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk dan mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai menyebarkan agama Hindu-Buddha
·  Ada pula raja dan para bangsawan India yang sengaja datang ke Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan Indonesia. Setelah mereka berhasil maka mereka akan mendirikan kerajaan dan mulai menyebarkan agama Hindu-Buddha.
             Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·  Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan para ksatria tersebut telah berusaha menyerbu Indonesia maka tidak mungkin mereka didukung untuk menjadi raja.
·  Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha.
·  Jika terjadi kolonisasi/penaklukkan pasti akan disertai dengan pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di Indonesia seperti sistem kasta, tata kota, pergaulan, bahasa, dan lain-lain. Tetapi kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India.

3.    Teori Brahmana


Teori ini dikemukakan oleh J.C. Van Leur, mengemukakan bahwa para Brahmana dari India lah yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia.
Kelebihan teori dari J.C. Van Leur ini adalah bahwa:
·  Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu.
·  Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan berbahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi yang hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
·  Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mengesahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan.
·  Ketika menobatkan raja, kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Biasanya kitab tersebut akan ditinggalkan untuk raja dan akan dipelajari oleh raja tersebut.
·  Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian).
             Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·  Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda.
·  Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya.

4.    Teori Arus Balik (Nusantara)



Teori ini dikemukakan oleh G. Coedes, menyatakan bahwa berkembanganya pengaruh dan kebudayaan India ini dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia mempunyai kepentingan untuk datang dan berkunjung ke India, seperti mempelajari agama Hindu-Buddha.
Kelebihan teori dari G. Coedes ini adalah bahwa:
·  Dalam sejarah tercatat bahwa Kerajaan Sriwijaya mengirim beberapa orang untuk belajar agama Hindu di India.
·  Masyarakat Indonesia sendiri ikut serta dalam membawa dan menyebarkan agama dan budaya Hindu-Buddha di nusantara. Salah satu cara yaitu mengundang para Brahmana dari India untuk memperkenalkan agama dan budayanya di Indonesia.
Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
·  Kemungkinan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Buddha ke India sulit, karena pada masa itu masyarakat Indonesia masih bersifat pasif.
·  Teori ini masih memerlukan banyak bukti lagi untuk memperkuat kebenarannya.

5.    Teori Sudra


Teori ini dikemukakan oleh Van Feber, mengatakan bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu-Buddha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.
Kelebihan teori dari Van Feber ini adalah bahwa:
·  Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia. 
· Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain.
Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
· Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu-Buddha sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu).
· Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga mereka ke Indonesia bukan untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha
·  Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu-Buddha yang merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah.

Referensi:

Senin, 01 Februari 2016

The Most Miserable Experience in My Life


            Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian yang paling menyedihkan dalam hidupnya. Tidak terkecuali anak kecil sekalipun. Terkadang kejadian yang menyedihkan ini malah yang akan diingat selalu. Entah karena kejadian tersebut terlalu menyakitkan ataupun kejadian itu menyimpan banyak pelajaran. Kali ini saya ingin berbagi tentang The Most Miserable Experience in My Life. Check this out!
            Tanggal 26 Desember 2014. Hari itu salah satu anggota keluargaku telah berpulang kembali ke pangkuan Alah SWT. Kakekku tercinta, H. Noersadik, yang selama ini selalu aku jadikan panutan pergi selama-lamanya meninggalkan keluargaku. Masih teringat jelas bagaimana jasa-jasa beliau semasa hidupnya. Beliau merupakan kakek yang sangat baik. Dia tidak pernah kasar terhadap keluargaku. Ya mungkin sesekali marah itu wajar, tapi ini semua pasti demi kebaikan keluargaku pula.
            Sudah sejak beberapa tahun belakangan kakekku menderita penyakit Diabetes. Beliau sudah menderita penyakit ini selama kurang lebih 5 tahun. Ini disebabkan karena pola makan beliau yang terkadang tidak teratur, dan lebih banyak makan manis-manis. Ya namanya juga orang tua, terkadang beliau tidak mau mendengar nasihat dari anak dan cucunya untuk mengurangi makan yang manis-manis. Tapi apa boleh buat, terkadang keinginan mengalahkan segalanya.
            Namun takdir kematian setiap orang yang mengatur adalah Allah SWT. Bagaimanapun kita telah berusaha untuk mencegahnya, namun kematian tersebut akan tetap datang. Mungkin dengan datangnya kematian kakekku pada hari itu aka nada berkah lain dibaliknya. Ya mungkin misalnya kami bias mengambil hikmah untuk lebih mengatur pola makan lagi di masa muda.
            Jujur, kepergian kakekku sangat membuatku terpukul. Baru kali ini aku merasakan kehilangan salah satu anggota keluargaku yang sangat aku cintai. Tapi apa boleh buat, takdir tetaplah takdir, kita sebagai manusia tidak bisa melawannya. Semoga Allah SWT. memberikan tempat terbaikNya untuk kakekku di surga sana.
            Saya sebagai cucu yang ditinggalkannya dan seluruh keluargaku, insyaallah akan selalu mendoakan beliau agar tenang di alam kubur sana. Aamiin.

Zaman Batu


            Kali ini saya akan membahas tentang zaman batu yang pernah terjadi di Indonesia. Apa sih zaman batu itu? Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Zaman ini merupakan zaman dimana manusia prasejarah masih nomaden (berpindah-pindah tempat). Zaman batu ini dibagi menjadi empat masa/periode, yaitu Paleolitikum, Mesolitikum, Megalitikum dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh. Bagaimana karakteristik dan peninggalan pada masing-masing periode? Selengkapnya akan dibahas di bawah ini, check this out!
A.   Masa Paleolitikum
Masa palaeolitikum atau disebut juga masa batu tua ini berlangsung sekitar 500-245 juta tahun yang lalu. Karakteristik masa paleolitikum:
1.  Manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.
2.    Mereka tidak bercocok tanam, mereka hanya mengandalkan alam untuk bertahan hidup.
3.    Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang. Flakes iniditemukan di Ngandong.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/9/9c/Armagh_County_Museum,_Bann_Flakes.JPG
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald), biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/uploads/1/4/2/9/14296470/782501_orig.jpg?147
B.   Masa Mesolitikum
Masa mesolitikum atau disebut juga masa batu tengah ini berlangsung sekitar 245-65 juta tahun yang lalu. Karakteristik masa mesolitikum:
1.      keadaan alam pada masa ini relatif lebih stabil sehingga manusia bisa hidup dengan suasana yang lebih tenang, karena hidup lebih tenang mereka dapat mengembangkan kebudayaan mereka.
2.      Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum yaitu homo sapiens lebih cerdas dari pendahulunya.
3.      Manusia yang hidup di zaman batu tengah sudah mempunyai kemampuan membuat gerabah dari bahan tanah liat.
4.      Masih melakukan kegiatan mengumpulkan makanan.
5.      Sudah memiliki tempat tinggal semi tetap.
6.      Sudah mempunyai kemampuan bercocok tanam secara sederhana.
7.      Kebanyakan bertempat tinggal di tepi pantai dan di goa-goa.
Barang-barang hasil budaya yang di temukan antara lain kapak genggam Sumatra (Sumatralith pebble culture), alat dari bahan tulang yang di temukan di Sampung (bone culture), dan beberapa flake yang di temukan di daerah Toala (flakes culture).
http://www.plengdut.com/wp-content/uploads/2013/03/Kapak-Sumatera.png
(Kapak genggam Sumatra)
https://wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/02/bone-culture.jpg
(Alat dari bahan tulang/bone culture)
unduhan.jpg
(Flakes culture)

C.   Masa Megalitikum
Masa megalitikum disebut juga masa batu besar. Karakteristik masa megalitikum:
1.      Manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar.
2.        Manusia mulai mengembangkan ide keagaman dengan mendirikan bangunan batu berukuran besar atau megalitik.
Hasil kebudayaan pada zaman Megalithikum dapat dijumpai dalam berbagai bentuk bangunan dan peralatan yang terbuat dari batu-batu yang besar. Adapun hasil kebudayaan zaman ini, antara lain
·       Kapak persegi maupun kapak lonjong
·       Menhir (batu tempat pemujaan arwah leluhur)
·       Dolmen adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang, Adapula yang digunakan untuk kuburan.
·       Kubur batu
·       Waruga
·       Sarkofagus
·       Punden Berundak.
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/uploads/1/4/2/9/14296470/549176.jpg
(Menhir)
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/uploads/1/4/2/9/14296470/2753746.jpg
(Dolmen)
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/uploads/1/4/2/9/14296470/3117367.jpg
(Punden berundak)
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/uploads/1/4/2/9/14296470/7307174.jpg
(Sarkofagus)

D.   Masa Neolitikum
Masa neolitikum disebut juga masa batu baru. Karakteristik masa neolitikum:
1.    Kehidupan masyarakatnya semakin maju.
2.    Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga telah bercocok tanam.
3.    Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan.
4.    Hutan belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang.
5.    Masyarakat pada masa bercocok tanam ini hidup menetap dalam suatu perkampungan yang dibangun secara tidak beraturan.
Perkembangan budaya pada masa ini sudah cukup maju seiring dengan datangnya rumpun proto melayu dari wilayah yunan di cina selatan masuk ke wilayah asia tenggara dan indonesia. Orang-orang yang datang ini datang dengan membawa juga hasil budaya yang berupa kapak persegi dan kapak lonjong, mereka juga menyebarkan hasil budaya mereka di tempat yang mereka lewati.
https://yogadesign.files.wordpress.com/2009/03/kapak-lonjong-1.jpg?w=627
(Kapak Lonjong)
https://caknyo.files.wordpress.com/2012/07/kapak2bpersegi.png
(Kapak persegi)

Referensi:

The Most Delightful Experience in My Life


            Setiap orang pasti memiliki pengalaman terbaik dalam hidupnya. Ya, termasuk saya. Kalian juga pasti memilikinya, bukan? Kali ini saya akan berbagi tentang pengalaman terbaik dalam hidup saya. Tapi sebelumnya saya ingin membahas sedikit tentang apa itu “pengalaman terbaik”. “Pengalaman terbaik” merupakan suatu peristiwa yang pernah kita lewati dan sangat berkesan bagi kita sendiri maupun orang lain yang ikut terlibat di dalamnya. Nah, berarti masih ada hubungannya dengan sejarah, dong? Ya, benar sekali, yang kita anggap sebagai “pengalaman terbaik” itu termasuk bagian sejarah dari hidup kita. Jadi memang benar bahwa sejarah itu dekat dengan kehidupan kita.
            Oke, sekarang saatnya saya masuk dalam inti dari post ini. It’s about the most delightful experience in my life with my little family.
            Hari Minggu, 20 Desember 2015, tepat satu hari setelah pengambilan raport akhir semester. Yeay, itu tandanya tiba saatnya untuk menikmati masa-masa liburan yang telah kunantikan selama 6 bulan. Liburan semester kali ini aku telah memustuskan untuk pergi ke sebuah kota yang penuh dengan sejarah. Adakah yang tau kota apakah itu? Mungkin ada dari kalian yang tau. Yogyakarta, kota dengan segudang sejarah yang tersimpan di dalamnya. Kota yang dalam sejarah dikatakan pernah sejenak menjadi ibu kota dari Indonesia.
            Rencana liburan ini sebenarnya telah kurencanakan sejak lama, namun tiap kali akan direalisasikan pasti ada saja halangan yang menghambatnya. Fortunately, di liburan akhir semester ini aku bias merealisasikannya, yeay. Dimulai dari tanggal 19 Desember 2015, bundaku telah menjemputku di sekolah tempatku mengemban ilmu, MAN Insan Cendekia Serpong. Hari itu setelah kami usai mengikuti serangkaian acara pengambilan raport, kami meluncur ke stasiun untuk menuju sebuah kota yang telaha kurencanakan sejak lama, Yogyakarta. Perjalanan Jakarta-Jogja memang memakan waktu yang cukup lama. Kami baru sampai di Yogyakarta keesokan paginya, tanggal 20 Desember 2015. Tepat di Stasiun Tugu, Yogyakarta, kereta api yang kutumpangi berhenti dan mengantarkanku memijakkan kaki untuk pertama kalinya di kota ini setelah 2 tahun silam.
            Betapa bahagianya aku, ayah dan adikku telah menunggu tepat di muka Stasiun Tugu. Mereka pun baru saja menempuh perjalanan Blitar-Jogja yang mungkin cukup melelahkan. Well, it’s OK! Yang terpenting adalah saat itu aku telah memulai mengukir sejarah dalam hidupku, liburan terpanjang pertama yang akan kulewati bersama keluarga kecilku di “kota orang”.
            Aku telah membuat list objek-objek wisata yang akan kukunjungi selama aku berada di Yogyakarta, yaitu Pantai Parangtritis, Candi Borobudur, Candi Prambanan, De Mata Trick Eye Museum, pusat perbelanjaan Malioboro dan yang terakhir tak lupa pusat oleh-oleh khas Yogyakarta, hehe.
            Tanggal 20 Desember 2015, hari pertama aku di Yogyakarta, aku memutuskan untuk pergi ke Pantai Parangtritis. Mendengar nama pantai ini yang terlintas pertama kali di pikiranku adalah tentang mitos “Nyi Roro Kidul - Sang Ratu Pantai Selatan”. Mungkin pikiran ini telah sedikit teracuni dengan mitos-mitos yang telah berkembang di masyarakat selama ini. Di luar mitos itu, Pantai Parangtritis ini menyimpan sejuta keindahan di dalamnya. Mulai dari ombaknya yang sangat indah dan dahsyat, pasir pantainya yang bersih, hingga pemandangan dari pinggir pantai yang sangat menakjubkan. Hal-hal ini sangat bertolak belakang dengan mengerikannya mitos yang berkembang di masyarakat. Beberapa jam di pantai yang menakjubkan ini cukup membuatku terlepas dari masalah yang mungkin selama ini datang silih berganti.


            Tanggal 21 Desember 2015, perjalananku berlanjut ke sebuah situs sejarah yang pernah menjadi bagian dari 7 keajaiban dunia, Candi Borobudur. Aku suka berkunjung ke situs-situs sejarah seperti candi, karena dari sini aku bias belajar tentang sejarah Indonesia yang terjadi di masa lampau. Bangunan stupa yang banyak cukup membuatku takjub, bagaimana bisa orang pada zaman dahulu membuat suatu bangunan yang megah dan rumit seperti itu. It was amazing. Pemandangan dari puncak tertingginya begitu indah, bak aku bias melihat setiap sudut di kota Yogyakarta dari atas sana. Namun sayangnya, terlepas dari semua keindahan yang tersaji, banyak dari stupa-stupa disana yang sudah mengalami renovasi, tidak asli lagi. Tapi setidaknya situs bersejarah ini masih terawat dengan baik.



Masih di tanggal yang sama, malam harinya aku bersinggah di Malioboro, pusat perbelanjaan terkenal di Yogyakarta. Padatnya wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut tidak menyurutkan kemauanku untuk tentap melangkahkan kaki di setiap sudut Malioboro.
Tanggal 22 Desember 2015, Candi Prambanan dan De Mata Trick Eye Museum menjadi tujuan perjalananku selanjutnya. Candi Prambanan, situs bersejarah kedua yang kukunjungi di Yogyakarta. Candi ini tak kalah menakjubkannya dengan Candi Borobudur. Bangunan candinya yang menjulang tinggi sangat memikat minat wisatawan untuk berkunjung kesana. Lagi-lagi banyak sejarah yang kutemukan disini, tak kalah banyaknya dengan di Candi Borobudur.


Sore hari masih di tanggal yang sama, De Mata Trick Eye Museum menjadi tempat persinggahanku selanjutnya. Museum ini adalah tempat dimana kita bias berfoto dengan latar belakang lukisan yang dapat memberi efek nyata pada foto kita. Disini aku dan keluarga kecilku mengabadikan kunjungan kami dengan mengambil beberapa foto. Disini kami sangat takjub dengan lukisan-lukisan yang ada di dalamnya, lukisan-lukisan tersebut sungguh nampak nyata. Tak heran banyak sekali wisatawan yang datang bersamaan dengan kami.


Tanggal 22 Desember 2015, malam hari, tak lupa kami berkunjung ke pusat oleh-oleh khas Yogyakarta. Dan berakhirlah perjalananku. Kami memutuskan untuk menyudahi perjalanan menyenangkan kami. Akhirnya, Perjalanan Jogja-Blitar, menutup seluruh rangkaian The Most Delightful Experience in My Life.
Yogyakarta memang salah satu kota yang dimiliki Indonesia yang menyimpan sejuta keindahan di dalamnya. Tak salah sejak lama aku telah merencanakan perjalanan ini. See you in my next post. Thanks for reading.^^