M
|
asih ingatkah kalian dengan bab proses
masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia? Bab ini pernah sedikit dibahas saat kita duduk di bangku sekolah
dasar, bukan? Di kelas X ini kita akan lebih mendalami tentang bagaimana proses
masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Kali ini saya akan sedikit berbagi
tentang teori-teori proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Khususnya
saya akan berbagi tentang
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing teori tersebut. Tapi sebelumnya saya
akan membahas sedikit tentang proses awal masuknya dua agama tersebut.
Agama Hindu
merupakan agama pertama yang dikenal di Indonesia. Satu abad kemudian barulah
agama Buddha masuk ke Indonesia. Sebelum kedua agama tersebut dikenal di
Indonesia, masyarakat Indonesia telah mengenal suatu kepercayaan, yaitu
animisme dan dinamisme. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia
dari India masing-masing sekitar abad ke-4 dan ke-5. Masuknya agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia tidak terlepas dari hubungan dagang yang dijalin
antara Indonesia dan India. Hubungan dagang antara Indonesia dan India diawali
sejak tahun 1 M. Dari hubungan dagang inilah terjadi hubungan kebudayaan pula
dengan India, seperti agama, sistem pemerintahan, sosial dan budaya sehingga
terjadi percampuran kebudayaan diantara Indonesia dan India. Hubungan inilah
yang membawa Indonesia mengenal agama Hindu-Buddha.
Dalam
pelajaran sejarah kita pasti sering mendengar tentang teroi-teori. Begitu pula
dalam bab ini. Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama
menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan
Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana).
Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan
agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik). Ditambah dengan teori Sudra yang
menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia dibawa oleh
orang-orang India yang berkasta Sudra.
1. Teori Waiysa
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom, didasarkan pada
alasan bahwa motivasi terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk
berdagang. Dikatakan oleh teori ini bahwa agama Hindu-Buddha dibawa ke Indonesia oleh orang India berkasta
Waisya yaitu golongan pedagang.
Menurut
N.J. Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh
pedagang:
·
Para
pedagang dari India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai ke Indonesia
memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan itulah agama Hindu disebarkan
pada rakyat Indonesia.
·
Para
pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian mendirikan pemukiman dan
mereka pun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar dan
menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang
tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta
berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat
sekitar.
Kelebihan teori dari N.J. Krom ini adalah bahwa:
·
Teori
ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi
sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan
berekonomi. Sehingga interaksi dengan daerah lain akan lebih mudah dilakukan
melalui kontak perdagangan.
·
Adanya
bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para pedagang India di
Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di
Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera).
Di samping
kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan
sebagai berikut:
·
Motif
para pedagang India datang sekedar untuk berdagang bukan untuk menyebarkan
agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat dengan
para pedagang India hanya seputar perdagangan.
·
Mereka
lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya.
Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah
pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga,
penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang
menjadi pedagang.
·
Meskipun
ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak
berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu sehingga pengaruh budaya
yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam kehidupan keagamaan
masyarakat setempat.
·
Kaum
Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas
menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana.
·
Tulisan
dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal
dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam
kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.
2. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K
Bosch, menyatakan bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia
adalah golongan bangsawan/ksatria dari India. Teori Ksatria sering juga
disebut dengan teori Kolonisasi. Hal ini disebabkan karena melibatkan
penyerbuan dan penaklukkan.
Kelebihan teori dari F.D.K Bosch ini adalah bahwa:
· Raja
dan bangsawan serta ksatria dari India yang
kalah perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia.
Mereka berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan
baru seperti ketika mereka di India.
· Kekacauan politik di
India menyebabkan para ksatria melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya
di Indonesia mereka membentuk dan mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai
menyebarkan agama Hindu-Buddha.
· Ada pula raja dan para bangsawan India yang sengaja
datang ke Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan Indonesia. Setelah mereka
berhasil maka mereka
akan mendirikan kerajaan dan mulai
menyebarkan agama Hindu-Buddha.
Di samping
kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan
sebagai berikut:
· Tidak
mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan mulia sebagai
raja di wilayah lain, sedangkan para ksatria tersebut telah berusaha menyerbu
Indonesia maka tidak mungkin mereka didukung untuk menjadi raja.
· Tidak
ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang
dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu-Buddha.
· Jika terjadi kolonisasi/penaklukkan
pasti akan disertai dengan pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat
India secara murni di Indonesia seperti sistem kasta, tata kota, pergaulan, bahasa, dan lain-lain. Tetapi kehidupan masyarakat di Indonesia tidak
menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India.
3. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh J.C. Van Leur, mengemukakan bahwa para
Brahmana dari India lah yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu-Buddha
di Indonesia.
Kelebihan teori dari J.C. Van Leur ini adalah bahwa:
· Agama Hindu adalah milik
kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran
agama Hindu.
· Prasasti Indonesia yang
pertama menggunakan berbahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta adalah
bahasa kelas tinggi yang
hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
· Karena
kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti
raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari
India untuk mengadakan upacara penobatan dan mengesahkan kedudukan kepala suku
di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal
istilah kerajaan.
· Ketika menobatkan raja, kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke
Indonesia. Biasanya
kitab tersebut akan ditinggalkan untuk raja dan akan dipelajari oleh raja
tersebut.
· Teori ini didukung
dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur
Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang
Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama
(perkawinan dan kematian).
Di samping
kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan
sebagai berikut:
· Mempelajari bahasa
Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh
raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda.
· Menurut ajaran Hindu
kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan
tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan
kastanya.
4. Teori Arus Balik
(Nusantara)
Teori ini dikemukakan oleh G. Coedes, menyatakan bahwa
berkembanganya pengaruh dan kebudayaan India ini dilakukan oleh bangsa
Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia mempunyai kepentingan untuk datang dan
berkunjung ke India, seperti mempelajari agama Hindu-Buddha.
Kelebihan teori dari G. Coedes ini adalah bahwa:
· Dalam sejarah
tercatat bahwa Kerajaan Sriwijaya mengirim beberapa orang untuk belajar agama
Hindu di India.
· Masyarakat Indonesia
sendiri ikut serta dalam membawa dan
menyebarkan agama dan budaya Hindu-Buddha di nusantara. Salah satu cara yaitu
mengundang para Brahmana
dari India untuk memperkenalkan agama dan budayanya di Indonesia.
Di samping kelebihannya, teori ini
juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
· Kemungkinan orang Indonesia
untuk belejar agama Hindu-Buddha ke India
sulit, karena pada masa itu masyarakat Indonesia
masih bersifat pasif.
· Teori ini
masih memerlukan banyak bukti lagi untuk memperkuat kebenarannya.
5. Teori Sudra
Teori ini dikemukakan oleh Van Feber, mengatakan bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu-Buddha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India
yang berkasta Sudra.
Kelebihan teori dari Van Feber ini adalah bahwa:
· Orang India berkasta Sudra
(pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal
menetap di India sebagai pekerja kasar sehingga mereka pergi ke daerah lain
bahkan ada yang sampai ke Indonesia.
· Orang berkasta sudra yang
berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan
sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain.
Di samping kelebihannya, teori ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
· Golongan Sudra tidak menguasai
seluk beluk ajaran agama Hindu-Buddha sebab mereka tidak menguasai bahasa
Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran
agama Hindu).
· Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India
adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki
keadaan/kondisi mereka). Sehingga mereka ke Indonesia bukan untuk menyebarkan agama
Hindu-Buddha.
· Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta
terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu-Buddha yang merupakan milik kaum
brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan
lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka
pada kasta terendah.
Referensi: